Adakala lisan kelu, hanya ku simpul di lubuk hati. Adakala ketegasan itu gegarkan aku. Bukan ku takut, tapi ku sabar. Ideologi antara aku dan kau sangat jauh bezanya, hinggakan tiada waktu untuk mencari keserasian.
Akhir ini aku ingin menulis, penulisan dengan apa yang lisanku ini tak pernah terungkap.
Penitian perjalanan jauh nun di sana, aku harus tiba, tapi sering sesatnya aku tiada penunjuk arah. Laluan berliku yang ada secebis cahaya, namun silauan itu sering menggangu penglihatan ini.
Lewat kini aku punya dikau, pimpin tangan ini, tak akan ku biar kau lepas genggaman ku ini. Suatu masa aku punya 1001 agenda, punya angan bercita-bercita, punya keinginan yang tidak-tidak, punya sifat gopoh yang rakus, mencuba segala yang adakala aku sendiri kurang jelas dengan nafsu.
Namun ada suara, namun ada mata, namun ada 1 hati, namun ada 1 akal yang sentiasa menjadi pancaindera untuk aku.
Suara itu menegur lagi, marah dan terus marah. Mata itu melihat lagi, yang salah harus tetap disalahkan, hati itu ikhlas lagi, terus ikhlas dalam talian ini, akal itu penuh ilmuwan, hinggakan tidak sedikit bodoh pun dia pamerkan.
Hari ini perubahan itu jelas, jelas terdendeng dalam diri ini. Aku kian cinta akan diriku ini, lebih hebat lagi cintaku akan dia.
No comments:
Post a Comment